Klisenya Eagle Awards
Barangkali hanya aku yang punya pendapat ini. Aku merasa
film-film Eagle Awards kian
menjemukan dari tahun ke tahun. Sudah lama juga sih tidak benar-benar
menyimaknya, pun tidak tahu film apa dan buatan siapa yang memenangi ajang
tahunan ini.
Topik yang diangkat dalam tiap film boleh jadi fresh, cukup banyak hal baru atau hal
yang terlewatkan dalam keseharian. Tapi sayang, tema-nya itu loh, meskipun tiap
tahun berbeda-beda, tapi filmnya tetap terasa sama. Sama bagaimana? Ya, sama
dalam arti akan sulit membedakan apakah film dokumenter ini masuk dalam lingkup
tema tahun ini atau tahun lalu atau tahun lalunya, karena tidak terasa bedanya.
Yang penting filmnya mengangkat sesuatu yang ‘Indonesia Banget’, biasanya orang
yang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu. Masalah tema, itu sepenuhnya
hanya masalah pe-label-an semaunya dari pihak Eagle Awards. Kadang (maaf nih) aku membayangkan mereka punya software Theme-generator yang akan memunculkan tema apa yang akan diangkat
tahun ini. Entah itu temanya mau Indonesia Berharmoni; Indonesia Kuat;
Indonesia Berwarna; Indonesia Kreatif.
Boleh jadi misi Eagle
Awards mulia, hendak menunjukkan Indonesia dari sisi lain, tapi kesannya Eagle Awards itu adalah Kick Andy versi
dokumenter. Uniknya mereka yang diangkat dalam film dokumenter Eagle Awards hampir selalu pasti
diundang ke Kick Andy. Lalu entah kenapa ajang ini masih saja butuh endorsement dari orang-orang terkenal yang
bilang ajang ini bagus dan positif dan perlu dan harus ada, padahal Eagle Awards ini sudah cukup lama
dilaksanakan membuatnya seolah masih butuh penyangga untuk hidup.
Gaya pembawaannya pun sama. Dan ini yang paling aku
permasalahkan. Aku tidak tahu karena boro-boro ikutan pitching, aku belum pernah coba-coba ikut mengirim ide, apalagi melihat langsung proses syutingnya. Apakah
memang gaya Eagle Awards harus selalu
bergaya begitu? Bahkan sulit membedakan siapa yang membuat—siapa saja
orang-orang yang berada di balik film dokumenter itu. Sepertinya yang membuat
seluruh film finalis Eagle Awards
adalah satu tim yang sama sejak dulu hingga sekarang.
Mengapa tidak memakai pendekatan yang berbeda? Supaya terasa
bahwa film ini dibuat oleh orang-orang yang berbeda. Bebaskanlah pembuatnya
bereksperimen dan bermain konsep. Bergaya narasi dari mata pembuat filmnya
mungkin. Supaya bukan hanya menyorot satu tokoh yang dijadikan lakon (atau wajib
dibaca: agen perubahan), dengan hanya membiarkan orang ini atau mereka bicara sendirian
di depan kamera memaparkan ini dan itu. Mungkin bisa pakai pendekatan humor,
atau ditambahi beberapa animasi, atau bergaya investigasi. Dokumenter gak harus
standar-datar-tanpa gejolak. Tapi bisa juga menegangkan, seru, ‘berbahaya’, memancing
rasa ingin tahu penontonnya, menghibur, bahkan kocak. Bukan berarti juga harus
mengada-ada, hanya saja kemasannya kan bisa dikejar agar tidak bernuansa sama dari
tahun ke tahun walaupun orang yang berada di baliknya berbeda.
Tapi sekali lagi barangkali hanya aku yang punya pendapat ini,
barangkali memang begitu gaya Eagle
Awards. Aku tidak tahu. Ada yang tahu?
(Jino Jiwan)
(Jino Jiwan)
0 komentar:
Posting Komentar