Tentang The Egg-nya Andy Weir

19.58.00 jino jiwan 0 Comments

Akhir bulan September 2015 bioskop-bioskop mulai menayangkan film The Martian garapan Ridley Scott yang diangkat dari novel berjudul sama karya Andy Weir. Sebagai penggemar film-film sci-fi aku termasuk terlambat mengetahui tentang film dan juga novelnya. Baru beberapa bulan lalu aku membacanya pada sebuah artikel di blog Universe Today yang memang aku ikuti. Dari artikel tersebut pencarian berkembang. Selain mencari salinan e-book novel The Martian (yang baru kubaca sampai bab 4 karena takut tidak bisa menikmati filmnya) aku menemukan karya lain Andy Weir, berupa cerpen-pendek berjudul The Egg yang bisa dibaca disini. Sebuah cerpen yang (bagiku) sungguh mengejutkan. Jika kamu masih ingat salah satu adegan di film Rush Hour 3 di mana muncul dialog buah tumbukan budaya antara Chris Tucker dengan karakter bernama Yu dan Mi, Si Yu mengucap: He's Mi and I'm Yu”. Kira-kira seperti itulah cerpennya, hanya saja dalam arti harfiah.

Memang sebuah karya dapat dibaca dan diresapi dengan berbeda. Bukan aspek teologi dari cerita The Egg yang mau kuulak-ulik sebab jelas ia bertentangan dengan keyakinan yang kuanut. Untukku pribadi cerpen ini membuatku tidak bisa dan tidak sanggup membenci orang apapun tingkah polah mereka, seberapapun menyebalkan tabiat mereka. Setiap kali aku menyusahkan siapa saja berarti aku menyusahkan diriku, sebaliknya setiap engkau memberi berarti engkau telah memberi untuk dirimu sendiri. Cerpen ini membuatku berusaha untuk tidak mengecewakan orang yang sudah berharap kepadaku, mengingatkanku agar tidak sombong, menyengat hatiku agar tak bergejolak melihat kesengsaraan dan kebahagiaan orang lain. Karena, ya seperti kuketik di atas: “He’s Me and I’m You.”

Tapi paragraf di atas hanya harapanku yang seharusnya diawali dengan kata “semoga dan semoga.” Bagaimanapun dialog antara karakter Benjamin Kapanay dan Danny Archer dalam film Blood Diamond berikut mungkin bisa menggambarkan apa yang kupikirkan tentang Orang pada umumnya.

Benjamin Kapanay: ...would you say that people are mostly good?

Danny Archer: No. I'd say they're just people.

Benjamin Kapanay: Exactly. It is what they do that makes them good or bad... None of us knows whose path will lead us to God.

Orang ya hanya Orang. Tidak wajarlah jika Orang selalu selamanya berperan bagai malaikat, iblis pun dibutuhkan pula supaya hidup ini seru. Lagi pula semuanya hanyalah satu. Barangkali ini yang dimaksud manunggaling kawulo gusti, siapa yang tahu?

0 komentar: