Garuda (Bukan) Superhero Indonesia
Kota MetroBull (aka. MetroBull Shitty), 2015
Malam itu di sebuah apartemen (alias
kos-kosan tapi mewah), seorang laki-laki supermacho berwajah klimis tengah
melakukan push-up rutin. Tiap lekukan
otot maskulinnya menguarkan keringat yang bercucuran membasahi lantai. Tidak
jelas apakah keringatnya atau lantainya yang sungguhan di ruangan itu karena
semuanya kelihatan palsu bahkan kursi dan ranjang di apartemen juga kelihatan
palsu. Lelaki itu tak lain adalah Bara
si pemuda desa..., tapi desanya ada di Eropa sana, sehingga tidak mengherankan
bila hidungnya mononjol keluar dari layar bioskop. Kenapa namanya Bara? Karena
dia adalah tokoh utama, jangan tanya-tanya!
Seusai push-up dia mencuci muka di wastafel lalu berlama-lama mematut di
depan cermin bergaya bagai bintang iklan pencuci muka. Dengan tanpa ekspresi dipelototinya
bayangan diri yang menurutnya sangat keren itu. Tanpa diduga bayangan dirinya di
cermin berubah jadi Christian Bale. Semula Bara senang sekali, senyum-senyum
dia karena beralih rupa jadi aktor Hollywood, tapi...
“Dasar kau Batman palsu!”
bayangan Chris Bale itu berteriak.
Bara terpelanting saking
kagetnya. Dengan gusar ditinjunya cermin itu sampai jadi serbuk. Tangannya yang
mulus pun bernanah dengan jayanya. Cepat-cepat dia turun ke basement yang tingkat kepalsuannya
kira-kira 75,4 %. Bukannya dipenuhi motor-motor anak kos yang sedang parkir, di
ruang bawah lantai malah terpampang kostum Batman
KW 7 dalam lemari kaca yang dibelinya di tokobadut.com sebulan lalu. Dipakainya kostum itu dan segera dia terbang
dengan sayap kelelawarnya ke ajang cosplay
tahunan bertajuk be Shameless or Die
di pusat kota MetroBull..., tapi tentu saja sebelum itu dia sempatkan untuk
bercermin dulu.
...
Bara mendarat di TKP tepat
waktu. Tumben-tumben acara be Shameless
or Die kok agak cukup lumayan ramai malam itu, gak seperti biasanya. Kostum
yang dipakai pengunjung pun penuh corak warnawarni ajaib. Salah satunya tampak seorang
aktor kawakan papan atap yang tengah berkeliaran dari meja cilok ke meja jajanan apem,
Pak Raslamet Raharjo namanya. Segera
saja Bara sambangi Pak Raslamet idolanya. Maksud hati ingin mengajaknya untuk
berfoto bareng.
“Pak Raslamet, sedang apa di
sini. Kostum apa yang anda pakai ini?” sapa Bara ramah.
“Diam! Aku sedang menanggalkan
nama besarku dengan memakai kostum koboisarap
ini. Oh Tuhan, APAYANGAKULAKUKANDISINIAKUSENDIRITIDAKTAHU, Grrrhhh?!!” Raslamet
menghatami kepalanya yang licin.
“Pak Raslamet beli kostumnya di
tokobadut.com ya?” Bara menyelidik.
“Sial, kenapa kau bisa tahu?
Grhhh!” Raslamet gusar.
“Saya beli ini kostum di sana
juga, Pak.” Bara menjawab dengan polosnya. “Kostumnya kan lucu-lucuuu dan murah
dan banyak bonusnya, Pak Raslamet juga pasti beli dapat murah juga kan?”
Para pengunjung yang berada di
sekitar cekikikan. Raslamet Raharjo geram karena Bara sudah mempemalukan
dirinya di acara cosplay ini. Rautnya
meradang, emosinya memerah. Dipermalukan sudah cukup bagi Raslamet untuk
mengubahnya jadi sosok kejam, keji, sadis, bengis, brutal.
Dengan setengah gila Raslamet
berlari kesetanan menghempas meja jajanan pasar yang tidak seberapa itu hingga berhamburan
di langit-langit. Dia menuju panggung
utama di mana tongkat emas™, sebuah
senjata super sakti tengah dipamerkan. Diraihnya tongkat emas itu dan
diangkatnya tinggi-tinggi, meskipun tidak bisa terlalu tinggi karena Raslamet
kan gak tinggi.
Pengunjung heboh pengunjung bubar,
mereka kalang kabut mencari selamat menghindari Raslamet si pengacau pesta.
Melihat kejadian yang begitu cepat berubah tidak terkendali, seorang aktor
kawakan lain, Agus Kuncoro yang
kebetulan juga hadir di situ memilih untuk kabur dan mengunci diri dalam rumah
sambil merenungi keputusannya terlibat dalam film ini.
Raslamet menyeringai lalu
membuat pengumu’an, “aku akan
menggunakan senjata ini untuk menghancurkan...”
“...Dunia?” Bara mencoba
melanjutkan.
“Bukan! Buat apa aku
menghancurkan dunia? Aku kan hidup di mari.” Bantah Raslamet.
“...menghancurkan kota MetroBull?”
Bara menebak kedua kali.
“Bukan! Aku akan menggunakan
senjata ini untuk...menghancurkan setiap kopi dari film memalukan ini supaya
tidak ada orang yang akan menontonnya! Bwahahahaha.” Raslamet terbahak tanpa
kewarasan.
“Eits,
tunggu dulu. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!” Bara si pemuda Eropa
meloncat ke depan panggung sejauh 1,1 meter. Kostumnya menyala di bagian yang
bergambar bendera Indonesia,
membikin semua penonton menutup wajah sambil menunduk.
“Kenapa emange, hey Batman Kw7?” Raslamet
heran.
“Karena...,eh...ini...film pertamaku?!”
hidung Bara membara.
“Eee...ini juga film
pertamaku...” seorang perempuan superhot berbalut lateks bernama Alexa-Q tiba-tiba muncul dari balik
punggung Bara.
“Bwahahaha, kalian hanya berdua. Tak akan
mampu melawan jurus tongkat emas ini.” Raslamet mulai memutar-mutar tongkat emas™ bersiap untuk menerjang.
“Tunggu! Kami juga tidak akan
membiarkan itu terjadi.” Segerombol orang berkostum normal apa adanya namun dekil
muncul di belakang Bara.
“Baahh! Siapa lagi kalian?”
Raslamet menghantamkan tongkat ke lantai.
“Kami adalah para animator film ini!” ucap salah seorang
dari mereka dengan penuh kebanggaan mencapai 100,65%.
“Animator? Beraninya kalian!” Raslamet
meledak dalam hardikannya, “beraninya kalian ngaku-ngaku animator! Belajar lagi
sana!”
Dihardik seperti itu, sembilan
ekor yang mengaku animator tidak gentar. “Pak Raslamet, yang anda pegang itu
bukan tongkat emas™, tapi cuma
tongkat plastik warna biru yang kami
warnai pake ini.” Salah seorang yang mengaku animator itu mengangkat laptop Advan dengan Photoshop CS2 di layar.
Raslamet melongo, tak
disangkanya tongkat emas yang dipegangnya begitu palsu sampai ia tertipu.
Tongkat yang digengamnya lepas.
Alexa-Q menjerit, “Bara,
sekarang saatnya!”
Kesempatan itu tak disiakan. Bara
mengayunkan tinjunya ke gundul Raslamet, “Blethuakkk!!!” Begitu bunyinya.
“Ah, tinjumu bernanah!” Pekik
Raslamet Raharjo meraba gundulnya.
“Kenapa emangnya?” Bara baru
sadar tangannya masih penuh nanah sedari tadi.
“Kelemahanku adalah...nanah...arghhkk.”
Raslamet jatuh terduduk. Jenggot dan kumisnya rontok seketika.
Tim SWAT pimpinan Letnan Rama menyerbu
masuk. Mereka meringkus Raslamet yang tak berdaya dengan sigap.
Sejak itu Bara dan Alexa-Q pun
hidup berbahagia (mungkin) selamanya (barangkali) sebagai pasangan superhero serasi di kota super
fiksi garapan para animator film ini. Tapi sebelum itu mereka ber-honeymoon dulu di Tibet, meskipun
Tibetnya juga garapan para animator yang super percaya diri ini.
Bara si Garuda memintamu menyimak post-credit berikut |
...
Post-credit scene Garuda (bukan) Superhero Indonesia.
Di sebuah sel bawah tanah penjara
maximum security di luar kota
MetroBull, sesosok manusia mendatangi sel tempat Raslamet Raharjo ditahan.
“Buat apa kamu memanggilku?
Bukannya ceritanya sudah selesai?” Sosok itu yang tak lain adalah Agus Kuncoro.
“Kuncoro, kamu semprul kurang kecut,
baru berani muncul sekarang!” Semprot Raslamet, “aku butuh bantuanmu. Aku mau kau
hubungi pengacara paling handal di MetroBull.”
“Untuk membelamu di pengadilan atas
keributan yang kau buat?” Agus Kuncoro berkacak pinggang.
“Bukan. Aku mau menuntut si-edan-gak-punya-malu
X-Jo, gara-gara dialah kekacauan ini
bermula.”
Sayangnya Raslamet gagal,
karena Agus Kuncoro merasa mendingan pulang saja dan kembali mengurung diri dalam rumah
berusaha mencuci bersih noda film ini dari karirnya lalu mempertimbangkan untuk
memakai topeng tiap keluar rumah setidaknya selama dua atau tiga bulan, dan akhirnya
kita pun terpaksa menyiksa mata menonton Garuda (bukan) Superhero Indonesia
hingga...
THE END, kisah Bara akan
berlanjut ke Garuda Superhero 2: Belajar Animasi dan Garuda Superhero 3: Belajar Ngerender
Bersama.
(Restu Ismoyo Aji/Jino Jiwan)
(Restu Ismoyo Aji/Jino Jiwan)
0 komentar:
Posting Komentar