Prinsip Irama dalam Nirmana

17.54.00 jino jiwan 0 Comments

Nirmana pada dasarnya adalah komposisi unsur-unsur/elemen seni rupa dan desain yang terdiri dari bentuk, raut, ukuran, arah, tekstur, warna, value, dan ruang. Untuk keperluan itu dibutuhkan pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan penyusunan-penataan-pengomposisian unsur-unsur tersebut demi menciptakan karya yang memiliki nilai seni atau dikenal dengan metode/prinsip dasar seni rupa dan desain.

Tulisan berseri ini bermaksud mengupas prinsip-prinsip dasar seni rupa dan desain yang disarikan dari buku Nirmana, Elemen-Elemen Seni dan Desain (2010) karya Sadjiman Ebdi Sanyoto. Untuk lebih detailnya silakan kamu membaca sendiri buku tersebut. 

Untuk tulisan kali ini saya fokus pada prinsip irama. Perhatikan betapa tulisan ini mungkin menjadi yang paling lengkap dan komprehensif dibandingkan web-web/blog-blog di luar sana yang memajang prinsip seni rupa dan desain secara setengah matang, akibat terlalu asal comot alias doyan copy/paste, dan kebanyakan pasang iklan. So enjoy!

Dalam bukunya, Pak Sadjiman menyebut ada tujuh prinsip kunci, yaitu keselaran/irama/ritme, kesatuan (unity), dominasi/pusat perhatian, keseimbangan, keserasian/proporsi/perbandingan, kesederhanaa, dan kejelasan

Sebenarnya ada lebih banyak lagi prinsip dalam seni rupa dan desain, namun ketujuhnya telah mencakup prinsip-prinsip yang lain seperti harmoni dan kontras.

Prinsip-prinsip ini bukanlah aturan baku yang seluruhnya harus ada dalam sebuah karya. Demikian pula dalam satu karya seni rupa/desain amat jarang yang hanya menerapkan satu prinsip saja, karena sangat mungkin terdapat lebih dari satu prinsip di dalamnya dan antar prinsip sebenarnya saling berkaitan satu sama lain. Bagaimana pun karya seni bergerak pada rasa dan kebebasan tanpa ada belenggu yang menghambat kreativitas.

1.    Prinsip Keselarasan/Irama/Ritme (Rhythm)

Istilah irama lumrah dijumpai pada seni tari dan musik. Ia hadir melalui hitungan dan tempo yang menunjukkan adanya aliran/alunan gerakan/rekaman yang berulang, kompak, ritmis, dan serempak. Kita dapat dengan mudah mencermati hitungan dan tempo tersebut karena adanya unsur waktu.

Tarian Seribu Tangan yang menunjukkan irama
Berbeda dengan seni tari dan musik, dalam seni rupa dan desain tidak terdapat unsur waktu. Yang ada hanya perubahan unsur-unsur seni rupa dan desain dengan gerak semu yang mengesankan/memberi ilusi seolah ada gerakan. 

Boleh jadi memang seni tari dan musik mempunyai keunggulan unsur waktu, namun tanpa didokumentasikan (baik foto maupun video), unsur geraknya hanya akan bersisa dalam ingatan. Sementara irama dalam seni rupa dan desain akan terus ada begitu ia diwujudkan pada karya.

Irama dapat diartikan sebagai gerak yang teratur/berkala dan mengalir atau gerak pengulangan yang ajeg dan terus-menerus. Dalam seni rupa dan desain keberkalaannya meliputi unsur-unsur seperti misalnya, keberkalaan ukuran (besar-kecil, tinggi-rendah, panjang-pendek), keberkalaan arah (vertikal-horisontal-diagonal), keberkalaan warna (panas-dingin, cemerlang-suram), keberkalaan tekstur (kasar-halus, kasar-licin, keras-lunak), keberkalaan gerak (atas-bawah, kanan-kiri, muka-belakang), dan keberkalaan jarak (renggang-rapat, lebar-sempit). 

Keberkalaan bisa dipahami sebagai kesamaan-kesamaan (repetisi), perubahan-perubahan (transisi), maupun pertentangan (oposisi).

Setiap bentuk yang digunakan lebih dari satu kali dalam suatu susunan baru dapat dikatakan sebagai bentuk yang berulang (jika hanya satu ia jelas tidak masuk dalam pengulangan). Setiap pengulangan memperlihatkan kesan keselarasan. Maka itu prinsip irama disebut juga keselarasan, sebagaimana ketukan irama dalam musik.


Prinsip irama sebenarnya cukup rumit. Itu sebabnya banyak seniman dan desainer kurang mendalaminya. Padahal irama selain bisa diamati pada tarian dan musik juga hadir di alam sekitar. Mulai dari kawanan burung yang terbang, hamparan pegunungan, pohon dan dedaunan, bunga, ombak laut, loreng pada kulit harimau atau zebra, hingga rumah siput. Semuanya dapat dijadikan inspirasi dalam menerapkan irama dalam karya seni dan desain.

Bunga dengan gerak semu ke arah tengah
Setiap pengulangan menunjukkan adanya gerak semu/imajinatif. Gerak semu ini mempunyai fungsi (1) membimbing mata pengamat ke arah tertentu. Dari contoh gambar bunga di atas, mata kita seolah di bawa ke arah tengah. (2) irama membantu prinsip kesatuan (unity) agar susunan objek tidak terkesan buyar. (3) irama membantu melahirkan ruang kosong/sela (white space) sehingga susunan terasa longgar dan tidak sesak.


Untuk memudahkan mencapai keselarasan/irama dalam karya kita perlu menggunakan interval tangga rupa yang tak lain adalah alat dasar tata rupa. Terdiri dari 7 tingkatan, ia meminjam tangga nada (not) dari seni musik 1.2.3.4.5.6.7 (do,re,mi,fa,si,la,si) karena ukurannya lebih jelas untuk mengukur harmoni irama. Berikut contoh interval tangga rupa untuk sejumlah unsur seni rupa dan desain.

Interval Tangga raut garis
Interval Tangga Bidang
Interval Tangga Ukuran
Interval Tangga Arah
Interval Tangga kedudukan
Interval Tangga warna
Ada tiga pendekatan yang bisa diambil dari penerapan interval tangga rupa pada prinsip irama/keselarasan, yaitu repetisi, transisi, dan oposisi. Dua yang disebut terakhir ini mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan.

Repetisi adalah hubungan pengulangan dengan kesamaan ekstrim atas semua unsur-unsur seni rupa dan desain yang digunakan. Repetisi merupakan keajegan pengulangan dengan kesamaan. Kesan yang timbul dari susunan repetisi di antaranya: rapi, tenang, resmi, beriwibawa, kaku, statis, monoton.

Repetisi adalah komposisi paling sederhana dan paling mudah, karena hanya mengandung satu perubahan saja, yaitu kedudukan. Makin banyak suatu bentuk diulang, makin jelas arah gerak semunya, dan makin memungkinkan membentuk gerak yang mengalir dan ritmis. Interval tangga rupa yang yang digunakan hanya satu interval saja. Entah nomor 1 saja, atau nomor 5 saja, atau nomor yang lain. 

Meski begitu repetisi melibatkan keteraturan ketat dari segi arah gerak semu tersebut (horisontal, vertikal, atau diagonal). Jika arahnya horisontal maka susunan gerak semu berikutnya juga horisontal secara sejajar dengan susunan pertama. Lihat contoh di bawah untuk memahaminya.

Gambaar a dan b sudah terdapat pengulangan tapi masih kaku, gambar c dan d terdapat pengulangan (repetisi)

Contoh irama repetisi lain yang bisa ditemui secara mudah di kehidupan nyata adalah pada susunan ubin lantai/konblok/paving, tembok batu bata, sejumlah motif kain batik, motif karpet, hingga susunan jendela di gedung pemerintahan, dll.

Transisi adalah hubungan pengulangan dengan perubahan-perubahan dekat atau variasi-variasi dekat atau peralihan-peralihan dekat pada satu atau beberapa unsur seni rupa dan desain secara teratur dan runtut. Transisi merupakan keajegan pengulangan dengan perubahan yang menghasilkan kerharmonisan (harmoni), lembut, dan enak dilihat.

Harmoni adalah suatu kombinasi dari unit-unit yang memiliki kemiripan dalam satu atau beberapa hal. Kemiripan artinya keberaturan pengulangannya tidak ketat, tetapi tetap mengesankan keteraturan unsur-unsur yang tidak jauh berbeda/berdekatan. 

Contoh transisi yang bisa ditemui di alam sekitar adalah daun-daunan dari satu pohon. Daun-daun ini tidak ada yang sama persis, baik bentuk, tekstur, warna, maupun ukurannya, namun memiliki kemiripan.

Jika pada repetisi perubahan hanya pada arah yang lurus dengan kedudukan horisontal, vertikal, dan diagonal, maka dalam transisi perubahan kedudukannya bergerak melengkung dan berombak, atau dengan kata lain arah gerak semunya melengkung. 

Ini bisa diraih dengan menerapkan bentuk raut interval tangga rupa nomor-nomor yang berdekatan, misalnya nomor 1 (do) dan 2 (re), nomor 4 (fa) dan 5 (sol), atau nomor 2 (re), 3 (mi), dan 4 (fa), dst. Untuk memahaminya lihat kembali Gambar Interval Tangga Rupa sebelumnya.

Transisi dengan interval 2,3,4
Transisi bidang, warna, dan arah
Transisi ukuran dan arah
Transisi ukuran, arah, warna, kedudukan, gerak

Oposisi adalah hubungan pengulangan ekstrim dengan perbedaan atau kekontrasan atau pertentangan atas satu atau beberapa unsur seni rupa dan desain. Oposisi merupakan keajegan pengulangan dengan kekontrasan/pertentangan yang mengalir penuh vitalitas. 

Kontras memberi penekanan yang menghidupkan, memberi greget, menggigit, dan memberi gairah yang dinamis pada karya seni rupa/desain.

Terdapat dua jenis kontras, yaitu kontras ekstrim dan discord (berselisih). 

Kontras ekstrim adalah kontras yang masih memiliki hubungan, misalnya ukuran besar-kecil, jarak jauh-dekat, arah vertikal-horisontal, value gelap-terang, tekstur halus-kasar, dst. Sementara discord adalah oposisi yang kontradiktif/tidak ada hubungannya. Misalnya: raut segi empat dengan lingkaran dan warna merah dengan warna hijau (warna yang berkomplemen). 

Susunan dua jenis oposisi ini bisa dibuat menjadi irama yang harmoni dengan cara: (1)  pengulangan-pengulangan terhadap kontras tersebut dan (2) memberi penjembatanan terhadap kontras lewat interval tangga raut alias gradasi, agar perubahan tidak terasa anjlok atau terlalu jauh perbedaannya.

(1) Pengulangan kontras dilakukan agar susunan oposisi tidak berkesan keras. Misalnya, susunan kontras ekstrim antara raut balok yang berukuran besar-kecil, yang jika hanya terdiri dari satu pasang saja maka akan terasa kaku dan keras. 

Untuk itu dilakukan pengulangan agar kesan itu lenyap. Begitu juga dengan pasangan kontras discord antara raut persegi warna hijau dan lingkaran warna merah, yang dapat dibuat berirama dengan cara pengulangan.

Oposisi ekstrim besar-kecil (nirmana trimatra)
Kontras discord raut dan warna
Sayangnya pengulangan ini menghasilkan komposisi yang berkesan monoton, maka itu pengulangan kontras oposisi juga mempunyai hubungan dengan prinsip dominasi karena mengandung perbedaan antar unsur (kekontrasan). 

Salah satu cara agar susunan tidak berkesan monoton dan lebih ritmis adalah dengan membuat salah satu bentuk raut berjumlah lebih banyak, sementara raut lainnya hanya satu saja.


Kontras ekstrim, bentuk yang besar satu saja, sisanya lebih banyak
Kontras discord, dengan membuat salah satu raut berjumlah lebih banyak


(2) Selanjutnya ada gradasi yang merupakan perubahan berangsur-angsur secara teratur antara dua kontras (baik ekstrim maupun discord). 

Gradasi adalah hubungan kontras yang dijembatani oleh sederet keharmonisan. Di sinilah oposisi mempunyai hubungan dengan transisi yang sudah dibahas sebelumnya. Semakin banyak gradasinya, kesan yang ditimbulkan akan terasa halus dan lembut, semakin sedikit gradasinya, susunan akan terasa kasar dan keras. Gradasi bisa lebih atau kurang dari interval tangga rupa yang hanya 7 tingkatan.


Discord dengan gradasi dari persegi ke lingkaran, hijau ke merah, besar ke kecil
Oposisi besar-kecil lewat gradasi (sumber markas3d.blogspot.com)
Oposisi warna dengan gradasi (sumber: carajuki,com)


Sekedar mengingat kembali, irama diperoleh dari pengulangan yang membentuk garis/gerak semu. Terdapat tiga pendekatan irama, yaitu repetisi yang merupakan pengulangan dan sejajar, transisi yang merupakan pengulangan perubahan dekat, dan oposisi (ekstrim dan discord) yang merupakan pengulangan yang saling bertentangan, di mana masing-masing mempunyai ciri khas dan perannya dalam membangun irama pada karya seni rupa/desain.

Bersambung ke prinsip Kesatuan (unity).

0 komentar: