Motivasi Penutup Tahun 2010
15.36.00 jino jiwan 0 Comments
Daerah Bukan Istimewa Yogyakarta
23.49.00 jino jiwan 0 Comments
MenJogjakan Sinetron
17.05.00 jino jiwan 0 Comments
7 Hal Yang Tidak Ingin Kamu Temukan Dalam Makananmu
21.23.00 jino jiwan 0 Comments
Posisi Paling Pas Dalam Rongga Bus (Tips Naik Bus)
18.29.00 jino jiwan 0 Comments
Bus tampaknya masih jadi moda transportasi favorit nan handal bagi orang yang akan bepergian. Jarak menengah maupun jauh apalagi mereka yang dalam jumlah massal seperti rombongan wisata, mudik, dan arus balik. Entah lintas AKDP atau pun AKAP, AC-Non AC, Eksekutif-Ekonomis. Pun bagi yang ingin menghindari perjalanan udara, baik yang antipati dengan harganya yang ikut mengangkasa juga keribetan khas ala lanud. Maupun buat yang trauma dan paranoid dengan take off dan landing pesawat, karena bagi sebagian orang pengalaman satu ini bisa terasa menakutkan. Tapi mungkin saja karena nggak ada alternatif transportasi lain. Ya, sayang sekali pintu ajaib Doraemony tidak pernah benar-benar ada di dunia. So here it comes the bus.
Kadang kereta api bisa sangat mencintai bus |
it's the aftermath dude |
Ilustrasi kelecakaan (amit-amit) bus yang kamu naiki |
Klisenya Mudik
10.43.00 jino jiwan 1 Comments
Senam Gemulai para Bender
14.30.00 jino jiwan 1 Comments
Astaghfirullah, Sinetron!
15.44.00 jino jiwan 2 Comments
Langkah Awal Untuk Bangkit
15.42.00 jino jiwan 0 Comments
Boleh dibilang dunia sepak bola Indonesia saat ini sedang memulai langkah awalnya untuk (kembali) bangkit berdiri. Setelah melewati satu dasawarsa akhir yang memilukan dan memalukan, kerontang prestasi dan hanya bisa bermimpi meraih gelar internasional bergengsi.
Bukan rahasia lagi bahwa sepak bola adalah olahraga favorit buat mayoritas rakyat di bumi Indonesia. Sehat untuk dimainkan dan nikmat pula untuk disaksikan. Bahkan kita boleh bangga dengan liga sepak bola nasional yang kasta tertingginya sekarang bernama Liga Super itu. Dimana dulunya hampir di setiap pertandingan kerap dijumpai hawa fanatisme dan anarki yang nyaris selalu berujung tawuran, sekarang sudah berubah jadi tayangan profesional bermutu berrating tinggi.
Di tengah kerinduan akan gelar internasional dan keras kepalanya petinggi PSSI, muncul harapan baru yang ditabur pemerintah. Dalam hal ini melalui Mentri Pemuda dan Olahraga kita Andi Mallarangeng yang terlihat serius memperbaiki pencapaian tim nas. Diawali dari keluarnya rekomendasi untuk me’reformasi’ PSSI dalam Kongres Sepak Bola Nasional yang diprakarsai olehnya. Ia kemudian menjajaki kemungkinan Fatih Terim, pelatih asal Turki memanajeri tim nas. Fatih Terim sempat diundang untuk berkunjung lebih dulu ke Indonesia. Walau akhirnya Terim batal berkunjung.
Belum cukup di situ, Andi juga menjajaki kerja sama dengan Malaysia untuk menjadi tuan rumah bersama pada Piala Dunia FIFA tahun 2026. Setelah FIFA resmi mencoret Indonesia dari bidding resmi tuan rumah Piala Dunia 2022, karena FIFA menilai PSSI tidak didukung oleh pemerintah. Padahal ini adalah syarat mutlak yang diterapkan FIFA pada negara peserta bidding. Rentang waktu yang cukup panjang, selain demi mematangkan segala persiapan, sekaligus untuk memperbaiki pamor Indonesia setidaknya di tingkat Asia Tenggara. Walau FIFA sendiri telah membuat pernyataan bahwa biaya yang membengkak saat Piala Dunia Jepang-Korea Selatan 2002 menjadi faktor pertimbangan FIFA untuk menolak opsi tuan rumah bersama Piala Dunia.
Jangan lupakan juga langkah naturalisasi oleh PSSI lewat tiga pemain keturunan berdarah Indonesia; Irfan Bachdim, Alessandro Trabucco, dan Kim Jeffrey Kurniawan. Apakah ini sebuah langkah instan karena putus asa? Mari kita lihat nanti untuk mengetahuinya. Pemain-pemain ini punya banyak waktu untuk membuktikan kualitas mereka. Singapura yang miskin SDM sudah lama melakukan kebijakan ini dan terbukti sukses.
Semua itu tentu saja masih langkah awal yang masih wajib disusul langkah konkrit selanjutnya. Bagaimanapun, tim nas sepak bola kita pernah dianggap macannya sepak bola Asia. Meski saat ini terpuruk jauh dari Vietnam dan Singapura bahkan Malaysia. Jangan dulu dibandingkan dengan Thailand yang telah lebih dulu mandiri sebagai tim yang ditakuti. Idealnya tidak sulit memang untuk menemukan amunisi muda berbakat di antara 240 juta penduduk Indonesia untuk menyegarkan wajah tim nas kebanggan kita untuk hari ini dan masa datang.
Diketik Jino Jiwan di Kamar Warna,
Sang Pengetik
KlakKlik
-
Mati. Mati maknanya adalah hilangnya kehidupan/nyawa alias tidak hidup lagi. Tentu saja dengan berbagai sebab. Tidak seperti bahasa Inggr...
-
Komentator pertandingan bola pastilah pekerjaan yang menantang, selain harus berwawasan luas, oran...
-
--> “Gue kan kerja di bidang ENTERTAIN gitu…” Begitu ucap seseorang dengan entengnya. Coba berapa kali anda mendengar kalimat ini?...
0 komentar:
Posting Komentar