Mengandai Film Biopik Tokoh Politik Indonesia
Belakangan ini film biopik atau paling tidak film bergaya
biopik sepertinya sedang menjadi tren. Film Sang
Pencerah yang mengisahkan perjuangan awal Ahmad Dahlan mendirikan
organisasi Muhammadiyah menurutku adalah salah satu yang sukses dari segi
cerita, konflik, akting, dan terutama kemiripan Lukman Sardi secara fisik
dengan Kyai Ahmad Dahlan yang asli. Pekerjaan sutradara dan terutama aktor yang
terpilih tentu akan lebih ringan kalau aktornya memang mirip secara fisik.
Sebelumnya ada Soe Hok Gie di Gie yang terlampau ganteng, walaupun tidak diragukan lagi akting
Nicolas Saputra di film tersebut. Dan Kanibal
Sumanto di mana aktornya, Jeremias
Nyangoen benar-benar menghayati perannya sebagai pelaku praktik kanibalisme sampai-sampai
mau memakan ular, dtt(dan teman-teman) hidup-hidup.
Baru-baru ini Ikranagara tampil cukup meyakinkan sebagai Kyai
Hasyim Asyari di Sang Kyai. Belum terlampau
lama ada Habibie versi gagah dan tinggi besar dalam Habibie & Ainun, yang Pak
Habibie aslinya saja bisa lebih pendek 30 cm dari Reza Rahadian. Lalu sempat ada
film Soegija yang sepertinya bingung
mau menampilkan kisah hidup siapa. Jokowi tak luput dari radar para produser
lewat penampilan Teuku Rifnu Wikana dalam Jokowi
yang sayangnya jauh dari aslinya.
Sebentar lagi film Soekarno
bakal hadir. Yang memerankan tokoh proklamator kita Ario Bayu, yang menurutku
agak terlalu bongsor badannya. Jadi Ario Bayu punya tugas berat meyakinkan
penonton, kalau dia itu memang Bung Karno. Dalam waktu dekat mendiang Uje juga
dibuatkan filmnya, walau ini kesan bisnisnya jauh lebih tinggi. Siapa yang
kebagian tugas berat memerankan ulama yang suaranya merdu ini? Menurut sumber
di internet sih katanya Rifky Balweel. Aku tidak mengikuti rekam jejak aktor
ini, katanya dia sering main di sejumlah FTV. Semoga saja itu bukan pilihan yang
salah.
Kalau anda lihat jajaran pemeran dari film-film biopik tadi,
sangat terlihat jika aktor-aktor Indonesia ini jarang ada yang mau bersusah
payah mem-permak tampilan fisik mereka supaya mendekati tokoh yang mereka impresikan.
Barangkali memang ada keterbatasan waktu dan juga keterbatasan pilihan. Atau mungkin
aktornya sendiri dan produsernya merasa sayang kalau penampilan si aktor nanti
kurang videogenik kalau terlalu mirip tokoh aslinya. Produser film tentu tidak
mau membuat film yang tidak laku ditonton. Makanya mereka cenderung memilih
aktor yang sudah punya pengalaman di depan kamera, tahu cara berakting, dan terutama
sudah dikenal publik sehingga bisa jadi magnet penikmat film datang ke bioskop,
tak ketinggalan wajahnya menarik. Resiko besar jika memilih aktor yang belum
dikenal tentu menjadi pertimbangan. Tidak perlu rasanya melelahkan diri dengan membandingkan
film buatan Indonesia dan Hollywood yang telah menjadi industri perfilman raksasa.
Ambil contoh, film Milk (Sean Penn), Gandhi (Ben Kingsley), atau The Lady (Michelle Yeoh) yang penampilan
mereka bisa sangat mirip tokoh aslinya.
Mengingat adanya tren film biopik ini. Mari berandai-andai
jika tokoh-tokoh Indonesia berikut dibuatkan film biopiknya dalam waktu dekat. Tentu
dengan pertimbangan pertama adalah soal kemiripan, pertimbangan keduanya adalah
kemampuan akting sekaligus tingkat popularitas aktornya.
Film : SBY,
Reza Rahadian sebagai SBY
Sebenarnya aku mau mencalonkan Tora Sudiro, soalnya Reza
Rahadian sudah kebagian kue sebagai B.J. Habibie. Masalahnya Tora Sudiro sudah lama
gak main film yang bisa menguji kapasitas aktingnya. Reza sebaliknya, meski
menurutku dia sama sekali tidak pas berperan sebagai Habibie, dia jelas lebih
tepat sebagai SBY muda. Terlebih perawakan Reza juga tinggi besar.
Dan karena dia akan berperan sebagai SBY muda, ya kisah filmnya
berkutat ketika beliau membangun karir militer, ditambah kisah cintanya dengan Kristiani
Herrawati. Tidak perlu dipaksain sampai ke karir politik, karena make up tua di
film Habibie & Ainun sudah memberi
pelajaran betapa tidak semua departemen make up punya kemampuan setara. Lagi
pula karir militer SBY juga lumayan seru, soalnya beliau pernah bertugas di
Timor Timur.
Film : Basuki
Cahaya Purnama, Joe Taslim sebagai Basuki Cahaya Purnama
Tokoh politik satu ini andai dibuatkan film biopik-nya pasti
bakal banyak yang mendukung, sebanyak yang menolak. Kekuatannya adalah pada karakternya
yang kontroversial bin ‘galak’.
Joe taslim yang sedang menjadi komoditi panas di perfilman
Indonesia layak dipertimbangkan menjadi aktor pemeran Ahok. Toh, secara bukan
kebetulan keduanya sama-sama berwajah oriental. Memang agak kurang mirip sih.
Tapi lumayanlah kalau lagi-lagi dibandingkan dengan film Jokowi. Tinggal
ngegendutin perut dikit dan tambah kaca mata. Di sisi lain, ini bakal jadi tantangan
besar buat Joe Taslim, tantangan untuk ‘mengorbankan’ perutnya dan jelas
tantangan bagi kemampuan aktingnya.
Soal cerita, alangkah lebih baik ceritanya berkisar bagaimana
dia memenangi Pilkada Belitung Timur lalu konfliknya pas dia gagal jadi
gubernur Babel. Mengingat lokasi Belitung Timur bisa menjadi pilihan lokasi yang
eksotis buat mata calon penonton. Alternatif lainnya adalah kisah dia menuju DKI-2.
Konsekuensinya bakal lebih banyak tokoh-tokoh lain yang perlu dikasting,
termasuk pemeran Foke dan Jokowi. Bakal lebih seru lagi kalau di film ini dia dipertemukan
dengan Teuku Rifnu Wikana yang baru saja berperan jadi Jokowi.
Film : Megawati
Sukarno Putri, Christine Hakim sebagai Megawati
Iya iya memang kurang mirip, tapi habisnya siapa lagi coba?
Kisah yang diangkat sendiri bisa sangat amat seru sebenarnya, itu pun kalau mau
dan didukung dana melimpah. Dimulai dari peristiwa 27 Juli, ke jatuhnya
Suharto, sampai menjadi wakil presiden dari Gus Dur. Tapi karena berpotensi
menyulut kontroversi. Kisah alternatifnya bisa ke arah perjuangan Megawati selama
Reformasi bergandengan tangan dengan Amien Rais menumbangkan Suharto. Atau yang
jauh-jauh lebih aman adalah kisah cinta ala Habibie
Ainun tempo hari. Tinggal cari pemeran Taufik Kiemas-nya saja.
Film : Surya
Paloh, Alex Komang sebagai Surya Paloh
Yang merasa tersanjung kalau sampai dibuat filmnya, bukan si
aktor tapi Surya Paloh-nya. Alex Komang sudah kenyang pengalaman akting, jadi tidak
perlu diragukan dia bakal menjelma menjadi Surya Paloh yang meyakinkan. Kurang
mirip apa lagi coba? Bukan kebetulan pula keduanya sama-sama bermuka ‘kurang
bersih’, alias enggan berteman dengan pisau cukur. Alex Komang andai film ini
dibuat dan dia mau, tinggal menambah bobot perut sedikit.
Kisah bagian mana yang diangkat? Mari berandai-andai. Andai
partai (yang dulu katanya sih ormas) NasDem bisa menang Pemilu 2014, dan
mengangkat Bung Surya Paloh ke posisi yang mana jujur saja aku tidak mau
melihat ini terjadi—pun sungguh terjadi, maka besar kemungkinan film biopiknya
bakal dibuat. Kisahnya akan dimulai dari kegagalannya maju sebagai ketum Golkar,
lalu mendirikan NasDem, lalu perjuangan dia menuju 2014... Terdengar
membosankan? Tenang, tambahkan Pak HT sebagai ‘villain’nya J, hei film
itu biasa kok berat sebelah. Atau kalau terdengar agak ekstrim, maka tampilkan
cerita di balik perjuangannya mendirikan Media Grup dan Metro tv, itu saja
sudah cukup.
Film : Puan
Maharani, Dewi Persik sebagai Puan Maharani
Memang sih Dewi Persik itu super kontroversial dan agak
menyebalkan polahnya, belum lagi portofolio filmnya yang yah...begitu deh anda
tahu sendiri, membuat dia bakal ditendang jauh-jauh dari proyek ini andai jadi kenyataan.
Tapi harus diakui wajah keduanya agak-agak mirip, apalagi kalau rambutnya sama-sama
diikat ke belakang, dia pantas jadi adiknya Puan Maharani. Namun berhubung Puan
Maharani belum cukup ‘memasyarakat’, agaknya film tentangnya juga masih sangat
jauh tungku dari kayu, masih perlu menunggu momentum yang tepat. Kecuali jika Puan
diajukan maju 2014 sebagai RI 2 dan berhasil.
Film : Chairul
Tanjung, Khrisna Mukti sebagai Chairul Tanjung
Boleh jadi Chairul Tanjung menyatakan tidak mau terjun ke dunia
politik. Tapi dengan banyaknya tawaran dan posisinya sebagai pemilik media,
plus kaya raya, tentu bukan tidak mungkin melihat dia terbang ke dunia politik.
Dan jika ini terjadi filmnya akan sarat dengan muatan politis.
Bahan sudah ada tuh, buku biografinya. Tinggal diolah
skripnya oleh penulis yang mumpuni. Kisahnya bisa sangat menarik, karena orang kita
kan sukanya kisah orang-orang susah dan penuh keringat berjuang dan berhasil. Film
ini bisa menjadi film motivasi, serupa dengan Negeri 5 Menara atau 9
Summers 10 Autumns. Walau akibatnya kecil kemungkinan orang mau bersegera
nonton di bioskop, karena merasa lebih baik nunggu saja sampai tayang di Trans
Tv.
Soal kemiripan, menurutku pribadi, lumayanlah. Hanya sayang, berhubung lama terdengar
selentingan kabar kalau Krisna Mukti ini ***, jadi kecil kesempatan dia bakal
terpilih memerankan CT.
Film Hatta
Rajasa, Pierre Gruno sebagai Hatta Rajasa
Sama-sama berambut putih membuat keduanya sekilas tampak
mirip. Permasalahan terletak pada perbedaan perawakan yang cukup mencolok, tapi ini mudah
disiasati dengan teknik forced
perspective. Itu pun kalau mau repot-repot melakukannya. Hanya saja prestasi Hatta Rajasa yang belum menonjol membuat
film tentang hidupnya masih sangat jauh dari terlaksana. Cerita yang akan
dipindahkan ke skrip film juga masih gamang, cerita ketika menjadi menteri
dengan pencapaian yang miskin? Cerita ketika menggenggam tampuk tertinggi
partai? Cerita ketika membidik kursi RI 1?
Dan yang terakhir...
Film : Aburizal
Bakrie, Topeng (komika/stand up comedian)
sebagai Aburizal Bakrie
What? U
kidding me?!!--> ini reaksi ARB dengan pilihan aktor yang bakal
memerankan dirinya. Tapi harus diakui kemiripan mereka, lagi pula Topeng ini kerap melemparkan materi tentang dagu panjangnya yang mirip Aburizal Bakrie. No comment further
needed.
...
Cheers,
this is just for fun, guys. Ada usulan lainnya barangkali?
0 komentar:
Posting Komentar