Azrax 2, Menggilas Sindikat Judi Bola bagian 2
lanjutan dari BAGIAN 1
Azrax
dan Bang Hadji menyadari ulah mereka yang memancing perhatian penghuni gedung.
Mereka seketika berhenti. Sungguh suatu situasi yang amat kikuk.
“Kenapa
berhenti? Teruskan!” sahut manusia Namec.
“Aku
pasang 5000 untuk yang berkuncir!” salah satu makhluk E.T. berucap.
“Aku
pasang 7500 untuk yang bulu dadanya lebat itu.” Kata makhluk Asari.
"Rrrrrrkkkkkk..." kata Predator. (subtitle warna putih: 6000 aja untuk yang berkuncir).
"Wiiiizzzzz..." kata Alien. (subtitle warna kuning: 6000 juga untuk yang berbulu dada lebat itu).
"Rrrrrrkkkkkk..." kata Predator. (subtitle warna putih: 6000 aja untuk yang berkuncir).
"Wiiiizzzzz..." kata Alien. (subtitle warna kuning: 6000 juga untuk yang berbulu dada lebat itu).
Disusul
suara-suara lain, riuh memasang taruhan berikut harganya masing-masing yang
entah dalam mata uang apa. Sorak sorai kian menggema demi agar Azrax dan Bang
Haji kembali bertarung.
Bang
Haji dengan nada lirih membisik, “Dik Azrax, baiknya kita harus lupakan dulu
permasalahan kita. Ada yang lebih penting rupanya.”
“Biar
kutebak, nama ibu kita sama persis?” desis Azrax.
“Eng…..gak juga.”
“Nama…
bapak kita sama…?”
“Tidak,
sama sekali tidak!”
“Nama
istri kita…ada yang sama?...Tidak yaa? Nama anak kita, mungkin?”
“Sumpah
mati aku akan membenamkan hidungmu jika kamu tidak berhenti. Liat sekeliling
kita ini!”
Azrax
seketika itu paham. Bang Haji dan Azrax kemudian saling merapatkan punggung
masing-masing. Tampang keduanya super waspada, tangan mereka mengepal keras.
“Okay, I go this way, you go that way.”
Kata Azrax.
“What dya mean I go that way, you go this way?”
timpal Bang Haji yang ternyata bisa juga berbahasa linggis.
“Okay then, I go that way, you go this way.”
Keduanya sepakat mupakat.
Azrax
melepas ikat kuncirnya. Rambutnya panjang melambai-lambai. Sekali sibak segenap makhluk
Klingon terhempas keluar orbit
Bumi. Paru-paru mereka
meledak di ruang hampa menimbulkan pemandangan langka jika tidak mau disebut belum
pernah ada. Para ahli astronomi penjuru Bumi mengira itu semacam anomali di langit, mereka pun kemudian
berebut memberi nama.
Sementara itu Bang Haji membuka
tiga kancing kemejanya
dari atas, tiga puluh butir keringat yang mengalir antara rambut dadanya
meluncur membutakan mata ketigapuluh
manusia Namec. Azrax menghantam kepala mereka satu-satu dengan
lampu taman yang entah dia dapat dari mana. Para Namec itu pun segera tiada tanpa sempat mengucap
apa-apa.
Bang
Haji Roma memainkan gitarnya yang selama ini dia simpan di balik rimbun rambut
dadanya. Hanya beberapa petik nada dangdut berkekuatan 100 decibel mhz sudah cukup
membuat Alien juga Predator angkat kaki dan memilih untuk bikin
film sendiri di Hollywood.
Azrax kemudian
bermunajat. Dari balik tangannya muncul serbuk putih misterius. Ditebarnya serbuk
itu secara serampangan, namun tim post-production
membuatnya seakan ditebar merata memakai efek yang seperti dikerjakan pakai microsoft paint. Manusia Na’vi
gatal-gatal kronis, Asari bersin-bersin sampai butuh tim medis.
Makhluk
E.T. sadar mereka tidak mungkin sanggup manahan gempuran kedua manusia pilihan
yang sakti ini, sementara para Wookie sadar mereka berada di set film yang salah.
Mereka pun segera memesan tiket pulang ke Richard Branson dan Elon Musk.
Kini tinggal
seorang tersisa. Itu artinya hanya satu: boss
fight melawan Ruhut Towi Sitompul.
“Ruhut Towi, kamu belum
kapok juga rupanya. Tidak
tahukah kamu judi itu haram!?”
bentak Bang Haji sambil
mendekat. Azrax turut melangkah perlahan memojokkan Ruhut di
sudut ruangan.
“Ahay Daeng, mana mungkin orang seperti aku
kapoklah!” Ruhut menukas dengan suara yang agak ditelan. Maklum kan mulutnya
tertutup eyepatch, ingat?
Bang Haji Roma menyawang
sekitarannya, tidak ada Pak J.K. di situ. “Ruhut Towi, siapa yang kau panggil Daeng? Astaghfirullah, tobatlah! Ajal
Demokrat sudah dekat!”
“Ajalmu yang sudah dekat
Daeng Roma, lupakan ambisi gilamu jadi presiden. Paling banter kau dapet
pesinden!” Ruhut menerkam dengan tameng dan pedang pelepah pisang.
Ternyata
Ruhut Towi Sitompul yang Bang Haji hadapi adalah versi upgrade terbaru karena cuma dengan
gerakan minimal Ruhut mampu
memotong rambut dada Bang Haji Roma hingga seratus helai. Ini
saja sanggup mengurangi daya gerak Bang Haji Roma. Rambut dadanya adalah sumber
kekuatannya!
“Bang
Haji, biar kubantu!” Azrax sigap menahan Bang Haji yang sempoyongan.
“Kita harus
bekerja sama, Az!” suara Bang Haji serak.
“Biarpun
nama ibu kita tidak sama?” tanya Azrax.
Bang
Haji hanya melengos memutar matanya. Seakan mau bilang “not that again.”
“Baik
Bang, kita kerja sama.” Jawab Azrax agak terkesiap tapi mantap.
Azrax
dan Bang Haji mulai merapal sebuah jurus bersamaan yang membutuhkan durasi 3
menitan sementara Ruhut Towi Sitompul setia menunggu sambil mengembangkan senyum
seringai menyebalkan di depan kompor sambil memasak mi instan. Kameramen memainkan kamera dengan menge-zoom-in berkali-kali dan bergantian muka
tiga orang ini yang rautnya bagai sedang sembelit tingkat tinggi diiringi efek
suara “syuung syuung,” daur ulang dari
film silat 1980-an.
Ketiganya
maju. Saling menyongsong jurus satu sama lain dengan teriakan. Benturan terjadi
di udara, walau terlihat bagai efek murahan sineron Indosiar atau SCTV namun nyatanya
Ruhut terkapar di lantai dengan darah hitam segar.
Di saat
situasi berpihak pada jagoan kita (kita?) itulah….Tiba-tiba keajaiban terjadi.
Sosok Ruhut
Towi yang rebah itu mengepulkan asap pekat. Ketika tersibak nampaklah sosok yang
tidak asing lagi, J.co Anwar!
Ternyata J.co Anwar berada di balik semua ini. Mata Azrax nyalang
menatap musuh bebututannya. J.co Anwar adalah orang yang sudah
mempermalukannya di ajang gulat Najwa
Championshop yang disiarkan tv pemerintah
kala itu. Bukan hanya dipermalukan tapi Azrax sudah dikalahkan, dicakar, diiris emosinya, dicincang perasaannya, dibanting
hatinya, diinjak mukanya, dibakar
rambutnya. Gara-gara J.co
Anwar-lah Azrax terpaksa membuka padepokan di
sebuah dusun terpencil jauh dari gemerlap dunia dan karena J.co Anwar pula Azrax memanjangkan rambutnya. Tujuannya agar
tidak dikenali.
Dipenuhi
oleh amarah Azrax siap untuk menyerbu kembali.
“Majulah,
maka aku tidak akan segan melenyapkan dia.” J.co Anwar menampilkan foto seorang
perempuan setengah uzur dari layar smartphonenya.
Azrax
terkesiap, itu adalah perempuan yang dikenalnya dengan baik, itu tak lain Reva
Artamezia! Kekasih hatinya.
“Hah
hah hah hah hah.” J.co Anwar tertawa bahagia. Terbayang sudah kemenangannya lagi
di depan mata. “jika kau ingin dia selamat, datanglah!”
J.co
Anwar menekan sebuah tombol di dinding. Sebuah pintu berbingkai sinar biru ke dimensi
lain membuka. Sekelebat saja J.co Anwar sudah berada di seberang.
“Bang
Haji, aku akan mengejarnya demi menyelamatkan Reva Artamezia kekasihku.” Azrax
berdiri di ambang pintu tembus dimensi itu.
“Aku
akan ikut membantumu, Azrax. Selama ada kebatilan di muka Bumi, aku tidak akan tinggal diam.” Jawab Bang Haji.
“Baik
Bang.” Azrax menanggapi, “…sepertinya memang tidak butuh nama ibu yang sama
buat kita untuk saling bahu membahu!”
“…”
.........................................................
.........................................................
Berhasilkah
Azrax yang dibantu Bang Haji Roma membebaskan Reva Artamezia dan membasmi J.co
Anwar yang keji?
Semua
akan terjawab di kisah Azrax 3: Mengejar J.co Anwar ke Ujung Bumi
0 komentar:
Posting Komentar