Meskipun Terik, Nusa Penida Memang Menarik

20.30.00 jino jiwan 0 Comments

Sudah lama aku mendengar tentang Nusa Penida, sebuah pulau yang katanya gersang dan puanas. Sebuah pulau yang menurut seorang teman yang asli Bali, "tidak ada-apa di sana" selain batu kapur dan penangkaran penyu, sehingga tidak worthy untuk dikunjungi.

Namun, akhirnya kesempatan menyambangi pulau kecil di sisi tenggara pulau Bali ini pada Desember 2023 kesampaian juga bareng rekan kerja se-Prodi. Entah siapa yang usul, pastilah dia pernah melihat postingan keindahan Nusa Penida di medsos. Paket perjalanan untuk Nusa Penida sisi barat langsung dipesan, seorangnya seharga Rp400an, termasuk tiket kapal bolak-balik, makan sekali, dan dua buah mobil plus sopirnya yang merangkap pemandu.

Pelabuhan Sanur pagi hari

Pagi-pagi sekali kami sudah dijemput dari hotel di daerah Seminyak (iya, harga termasuk penjemputan dari hotel). Karena terlalu pagi ini pula kami belum sempat menikmati sarapan hotel secara sepantasnya. Oleh pihak hotel kami dibungkuskan sesuatu yang kami sangka nasi dan lauk pauknya, tapi ternyata...

sandwich isi timun, tomat, dan telur plus buah

Pelabuhan Sanur, titik berangkat dari Pulau Bali ke Pulau Nusa Penida sangat padat pagi itu. Rombongan kami menunggu cukup lama. Telinga ini harus awas menyimak pengumuman dari pemandu yang bisa sangat acak itu. Mereka mengumumkan travel mana yang bisa berangkat sesuai dengan kalung penanda travel yang tadi sudah diberikan sejak awal begitu sampai (warna lanyar juga berpengaruh), karena titik tujuan juga bisa berbeda. 

Pihak travel membagikan semacam tiket yang memuat nama. Dapat nama yang random juga. Intinya nama ini tidak berpengaruh wong duduknya di kapal juga tidak pakai nomor. Kami gunakan nama ini buat guyonan. 

Alur masuk ke pelabuhan sangat aneh. Masuk antri, naik tangga ke lantai 2, lalu turun tangga lagi ke lantai dasar. 

Kalau sudah sampai dermaga tinggal ikuti arus dan pastikan tidak salah naik kapal

Di Dermaga ada banyak kapal. Tidak perlu khawatir salah naik karena nama kapal sesuai dengan kartu lanyar yang tadi dibagikan.

Ombak besar menuju Nusa Penida

Ketika kapal berangkat dari Sanur terjadi pemandangan yang bagiku sangat menakjubkan. Sekian banyak kapal keluar dari pelabuhan, beriringan, lalu berpisah ke tujuan masing-masing. Ombak memang besar tapi masih kalah besar dengan ombak sore hari ketika kami kembali ke Sanur dari Nusa Penida. Durasi berangkat lebih dari 1 jam padahal konon hanya 45 menit. Aku sempat tertidur karena tadi menenggak seperempat butir Antimo, maklum aku takut mabok laut. Menurut seorang rekan mereka sempat melihat lumba-lumba bermain di sekitar kapal. Mungkin seharusnya aku tidak tertidur.


Sampai di Nusa Penida (sisi timur Sampalan)

Pelabuhan Sampalan yang ternyata lokasinya cukup jauh dari lokasi wisata di Nusa Penida Barat

Kami disambut dua orang pemandu yang sekaligus sopir, mereka berasal dari Jawa Tengah. Kami menyapa mereka dengan "Bli" tapi ternyata mereka bisa bahasa Jawa, jadi kami panggil "Mas". Mobilnya APV. Bisa kubilang mereka jago nyetir. Jalanan di Nusa Penida cukup mulus (kecuali ketika mendekati Angel's Billabong), hanya saja jalannya boleh dikatakan cukup ekstrim, naik turun, belak-belok, sempit, mengingatkan pada kondisi jalan di Gunung Kidul, Jogja. Berhubung aku dapat rombongan yang isinya cowok semua jadilah ujung-ujungnya pembicaraan agak cabul ketika mereka kemudian secara terbuka bercerita telah beberapa kali mengencani (baca: meniduri) turis dari luar (Eropa, Afrika, maupun Asia).

Seperti sudah kusebut, kami cuma sarapan sandwich. Sehingga kami menuntut mampir makan dulu, jauh sebelum jamnya makan siang. Mobil berhenti di sebuah rumah makan (warung) kecil di tepi jalan yang memang menjadi bagian dari paket perjalanan. Menunya sederhana. Harganya? Tidak tahu. Namanya juga paketan. Tapi tempatnya lumayan nyaman. Sejujurnya rasa lapar mengalahkan minat kami untuk menjelajahi pulau itu. Ketika itu aku ingin sekali balik ke hotel untuk sekadar rebahan, karena belum-belum sudah merasa capek dan kegerahan. Plus kelaparan itu tadi.

Mampir di Warung

Mie nyemek seadanya, no expectation. Tetap bersyukur yang penting gak kelaparan.

Tapi tentu saja perjalanan harus berlanjut setelah beberapa kali Mas-Mas Sopir menglakson kami agar lekas bergegas...ke pantai Kelingking.

Jalan turun ke tebing Kelingking

Pantai Kelingking di bawah sana. Kelihatan overexposure? Iya, itu sudah siang. Pas jam 12 siang. Ketika Nusa Penida sedang terik-teriknya. Bisa sih kalau mau turun (1 jam jalan kaki katanya) tapi pemandunya bilang pernah ada yang mati gegara kepanasan.

Duduk-duduk di sebuah warung. Hati-hati, harga minuman/makanan bisa sangat mahal. Aku cuma duduk-duduk saja. 

Dari Pantai Kelingking kami meluncur ke Angel's Billabong dan Broken Beach yang jadi satu kawasan. Jalan menjelang ke lokasi rusak parah. Mobilnya berasa dipmbang-ambing ayun-ayunkan dengan perlahan...

Jalan menurun ke Angel's Billabong. Beberapa rekan sudah menyerah, tidak mau meneruskan. Sungguh sebuah kerugian.

Papan peringatan bahwa lokasi ini berbahaya

Billabong yang mengingatkan seperti kolam di Pantai Wediombo yang juga berbahaya

Dari sini, kedua pemandu mengarahkan kami ke Broken Beach yang memang istimewa...tidak, bukan hanya memang istimewa, tapi sangat istimewa dan ikonik, selain Pantai Kelingking tentunya.

Ada beberapa titik yang layak difoto termasuk di sini

Pantainya tidak bisa diakses, hanya bisa dikagumi dari atas tebing

Mulut pantai yang "broken"

Tumpukan sampah yang ditinggalkan makhluk sampah yang tidak menghargai lingkungan dan keindahan alam

Foto bareng di hadapan Broken Beach

Setelah beristirahat selanjutnya kami balik ke pelabuhan dengan terlebih dulu mampir di pantai Bubu yang menghadap langsung ke Pulau Bali...

Tepi jalan Bubu Beach

Pemandangan pantai yang tenang. Bisa dibayangkan keindahan tempat ini jika malam. Kerlip lampu di Pulau Bali pastilah memukau.

Entah kenapa ada ayunan di situ. Btw, ini sudah jam 15.

Setelah hanya duduk-duduk dan bermain air laut sejenak, saatnya kami berpisah dengan Nusa Penida yang walau memang terik namun memikat dan pastinya cantik.  

Keramaian pelabuhan Sampalan saat sore

Akankah aku balik ke sana lagi? Mungkin suatu saat nanti. Semoga jalannya sudah lebih baik kondisinya.




 















0 komentar: