Televisi Politik
Sekarang tidak ada yang namanya tivi berita di Indonesia. Apa
ada yang masih mengira Metro Tv dan Tv One itu tivi berita? Bukan. Mereka lebih
tepat disebut tivi politik; isinya didominasi berita gontokan politik,
manuver-manuver politik, kekurangan/kebijaksanaan politik, baik dari ‘musuh’
maupun dirinya sendiri. Tidak cukup dua, belakangan malah MNC grup ikut-ikutan
dengan memepet Metro Tv (alias Nasdem Tv).
Sekarang lihat saja konten siaran keduanya. Metro Tv melulu
menyiarkan agenda kegiatan Nasdem keliling negeri. Nasdem buka cabang di sini
buka di sana plus pidato pemiliknya yang berapi-api. Nasdem begini begitu di
daerah ini itu dan disambut baik oleh masyarakat setempat plus pidato pemiliknya
yang masih berapi-api. Bahkan kalau ada yang memerhatikan, warna brand Metro Tv sama dengan partai
politik yang menaunginya (atau bernaung?).
Tv One (alias Golkar tv) dan AnTv juga mirip. Senatiasa menampilkan
profil Sang Ketua umum kesayangan dengan pencitraan sebagai orang baik nan
peduli. Ditampilkanlah itu berita popularitas Sang Ketua yang terus menanjak sebagai
presiden masa depan atau bagaimana pemberian bantuan sekian Rupiah buat ini itu,
atau “award” ini buat itu-itu yang (kasihan
sekali) sempat ditolak oleh seorang penulis negeri ini. Namun yang terparah
adalah alpa menyiarkan ‘musibah’ lumpur Sidoarjo segarang stasiun tivi lain. Hebatnya
kekurangan tersebut ditutupi dengan langkah lain. Lihat kecerdikan Tv One membaca
kecintaan orang Indonesia pada sepak bola dengan membeli hak siar Piala Dunia
2014 (bertepatan dengan Pemilu 2014!) serta simak pula polesan berita sepak
bola nasional di AnTv dan Tv One yang terasa benar timpangnya.
Buat simpatisan bin pendukung kedua parpol, hal ini mungkin
bukan masalah, malah makin membahagiakan. Bangga parpol idolanya yang mereka
yakini sebagai penyelamat bangsa mendapatkan sorotan yang akan menjamin
penguasaan kursi di 2014.
Mungkin ada pula yang berargumen: Ya wajar mereka kan yang
punya stasiun tivi tersebut. Masalahnya keduanya adalah tivi untuk publik. Tentu
saja kenetralan itu penting. Jika begini jalannya, saling sikut antar tivi ini
akan kian meningkat eslakalasinya nanti jelang 2014 dan (terutama) sesudahnya.
Apalagi menurut suvei ini itu—yang anehnya, entah untuk tujuan apa dilakukan
sekarang—kedua partai bisa peroleh suara lumayan tinggi.
Jika nantinya kedua partai bikin koalisi(alan) maka keduanya
akan kompak menayangkan konten-konten ‘cuci otak’ untuk seolah membenarkan
tindakan mereka di tingkat kekuasaan. Walau jika melihat sejarah rivalitas
penguasa partai, kecil kemungkinan mereka bakal bikin koalisi(alan).
Jika pun kedua parpol jalan sendiri-sendiri. Kedua tivi akan
jadi apa yang mereka jalankan sejak hari-hari kemarin. Metro Tv akan jadi
corongnya Nasdem dan Tv one akan jadi corongnya Golkar. Tapi tidak tahu juga ding, seperti mereka juga tidak tahu
akan seperti apa hasil pertarungan media yang mereka ciptakan. Namanya juga
politik. Yang jelas Idealisme pers bubar ke arah yang bayar.
Tapi kira-kira ada tidak ya yang menganggap tulisan ini
semacam kampanye penghitaman? Padahal yang tertera di sini murni kekhawatiran
belaka.
oleh JinoJiwan untuk Bebas Ngetik
oleh JinoJiwan untuk Bebas Ngetik
1 komentar:
keren artikelnya.
www.kiostiket.com
Posting Komentar