Sang Pendekar
,dadanya bolong seperti hidupnya... |
Pada zaman
yang tidak terlampau dahulu kala. Tersebutlah
seorang pendekar berlengan kekar yang terkapar tumpas penasaran dalam sebuah adu kanuragan. Kenapa
disebut tumpas penasaran? Gara-garanya
cukup sepele, ia masih menjomblo sewaktu dijemput malaikat. Hingga napas
sepenghabisannya ia ingin sekali punya kekasih
walau hanya sekejap seumur hidup. Karena itulah ia rela bertarung dalam sayembara melawan
pesaing bebuyutannya yang memang lebih linuwih, Pendekar Brotowali demi memperebutkan
wanita idaman, Dewi Rara Polah.
Hidup
sendiri, matinya pun sendiri. Begitulah garis nasib sang pendekar malang. Tak
heran ia dikenal secara luas oleh warga nagari sebagai Pendekar Penyendiri,
sebatang kara seumur-umur. Bisa dikatakan hidupnya bolong, seperti dadanya yang
juga bolong terkena hantaman ajian Brotowali. Meski begitu banyak juga warga yang bersedia mengantarkan
dia ke pusara. Mereka adalah orang-orang yang dulu pernah ditolongnya lepas
dari bromocorah, tapi juga sekaligus orang-orang yang membiarkan dia selalu berkelana
sendirian kemana-mana tanpa pernah mau sekalipun menawarkan anak perempuan
mereka untuk dinikahi si pendekar. Dan yang dilakukan para pengantar tak lebih
dari ratapan yang diiba-ibakan, ditrenyuh-trenyuhkan, karena bagi mereka
Pendekar Penyendiri hanyalah satu dari sekian ratus pendekar dalam hayat. Begitu
jasad si pendekar lenyap diurug tanah merah, rombongan pelayat bubar dengan
urusan masing-masing.
Berkebalikan
dengan hidupnya yang sepisepi, catatan kebaikan Pendekar Penyendiri ternyata cukup
lumayan ramai. Jiwa si pendekar langsung hendak diangkat ke Nirwana sebagai
anugrah atas segala kebajikannya. Namun wajahnya murung tanpa semangat. Ia tak bersedia diajak ke alam sana di mana bidadari molek sudah melambai-lambai sapu tangan putih mewangi menanti untuk dibelai-belai. Alih-alih ia memohon agar dihadapkan kepada Sang Pengabul dan dengan kurang-dampratnya
meminta untuk dihidupkan kembali sebagai keturunan dari si gadis pujaan. Alasannya, hanya dengan cara itu ia dapat beroleh pelukan hangat dan menyerap siraman kasih sayang dari si gadis pujaan yang maha jelita, walau sekali dalam kehidupan keduanya.
Ck, sempat-sempatnya
si pendekar kita ini berpikiran sekalap itu, maklumlah namanya juga tumpas penasaran.
Rupanya karena kasihan, Sang
Pengabul yang memang suka mengabulkan bersedia meluluskan
permintaan Pendekar Penyendiri. Dia hanya diminta menunggu saat yang tepat untuk dihadirkan
kembali di muka bumi. Sembari menunggu, dengan penuh suka cita riang gembira
ria Si Pendekar Penyendiri rajin menyempurnakan jurus itu jurus ini, tenaga mendalam,
serta menciptakan puluhan jurus-jurus baru. Setiap usai berlatih, dia akan
meluangkan diri untuk memikirkan dan menyebut nama gadis impiannya, lalu dia
berlatih lagi tanpa patah tenaga. Lalu dia akan mendendangkan tembang rindu
teruntuk Dewi Rara Polah, lalu berlatih kanuragan lagi, dan begitu seterusnya.
Waktu pun berkedip
tanpa dirasa, Pendekar Penyendiri pun tak merasakannya. Tiba saatnya sang
pendekar yang masih penasaran dipanggil ke hadapan Sang Pengabul. Hari itu dikatakan
kepadanya bahwa dia akan dikirim ke perut sang gadis pujaan. Mendengar itu
bukan bercanda bahagianya dia. Melonjaklah dia kegirangan. Tapi sebelumnya Pendekar
Penyendiri meminta agar kesaktiannya tidak dilunturkan lewat kelahiran kembali
itu dan dia juga memohon supaya tetap diberi ingatan sebagaimana adanya sebelum
mati, dia cuma tak ingin ingatan rasa cintanya musnah. Sayang, berhubung jatah penuh karena ternyata
yang minta dijadikan anak si gadis ini bukan cuma dia seorang dan juga karena Sang Pengabul tak ingin ada kisah Sangkuriang#2. Kelahiran kembali Si Pendekar Penyendiri telah mengalami penundaan dan baru kebagian jadi cucunya Dewi Rara Polah. Hal
demikian tidak diberitahukan kepada Si Pendekar. Maka dalam ketidaktahuannya disemburkanlah
jiwanya ke rahim nan hangat, di mana dia menanti menyapa dunia sembari bertapa
mempersakti diri.
Berbulan
kemudian tibalah saat yang ditunggu, lahirlah dia ke dunia disambut oleh si
gadis pujaan, Dewi Rara Polah yang...sekarang sudah jadi nenek-nenek peyot
bergelambir. Terpana dia dalam kejut dan kecewa, terlebih dia lahir bukan dari
rahim si gadis impian. Pendekar Penyendiri murka sejadinya tapi yang muncul
hanya tangisan dan rontaan ala bayi sewajarnya. Nenek Rara Polah mencoba
menenangkan ‘cucu’nya, tapi Pendekar Penyendiri uring-uringan tak bersedia
berdamai dengan kenyataan. Kesaktian yang tidak menghilang membuat tangisannya
menggetarkan siapa saja yang berada di bilik persalinan.
Nenek Rara
Polah kewalahan maka dipanggillah suaminya yang dari tadi menanti di luar. Seorang
laki-laki tua tergopoh ikut masuk ke bilik persalinan putrinya. Melihat siapa
yang muncul dari balik tirai, si bayi Pendekar Penyendiri tercengang-cengang setelah
dia tahu siapa ‘kakek’nya. Malang oh malang, yang baru diketahui oleh pendekar
kita adalah bahwa gadis pujaannya dulu itu rupanya telah dikawini oleh musuh
bebuyutan yang justru menamatkan riwayatnya dan memenangkan sayembara, Si
Pendekar Brotowali. Kini wajahnya jelas-jelas mewarisi ciri perawakan dan garis
wajah musuh bebuyutannya. Termenung dia beberapa saat bergantian menatap wajah
uzur Nenek Rara Polah dan Kakek Brotowali yang penuh raut bahagia campur bangga,
ketika dia kemudian kembali menangis sepenuh hati.
oh, dunia memang keji |
...
0 komentar:
Posting Komentar