Tentang The Egg-nya Andy Weir
Akhir bulan September 2015
bioskop-bioskop mulai menayangkan film The
Martian garapan Ridley Scott yang diangkat dari novel berjudul sama karya
Andy Weir. Sebagai penggemar film-film sci-fi
aku termasuk terlambat mengetahui tentang film dan juga novelnya. Baru beberapa
bulan lalu aku membacanya pada sebuah artikel di blog Universe Today yang memang
aku ikuti. Dari artikel tersebut pencarian berkembang. Selain mencari salinan e-book novel The Martian (yang baru kubaca sampai bab 4 karena takut tidak bisa
menikmati filmnya) aku menemukan karya lain Andy Weir, berupa cerpen-pendek
berjudul The Egg yang bisa dibaca disini. Sebuah cerpen yang (bagiku) sungguh mengejutkan. Jika kamu masih ingat
salah satu adegan di film Rush Hour 3
di mana muncul dialog buah tumbukan budaya antara Chris Tucker dengan karakter
bernama Yu dan Mi, Si Yu mengucap: “He's
Mi and I'm Yu”. Kira-kira seperti
itulah cerpennya, hanya saja dalam arti harfiah.
Memang sebuah karya dapat
dibaca dan diresapi dengan berbeda. Bukan aspek teologi dari cerita The Egg yang mau kuulak-ulik sebab jelas
ia bertentangan dengan keyakinan yang kuanut. Untukku pribadi cerpen ini
membuatku tidak bisa dan tidak sanggup membenci orang apapun tingkah polah
mereka, seberapapun menyebalkan tabiat mereka. Setiap kali aku menyusahkan siapa
saja berarti aku menyusahkan diriku, sebaliknya setiap engkau memberi berarti
engkau telah memberi untuk dirimu sendiri. Cerpen ini membuatku berusaha untuk tidak
mengecewakan orang yang sudah berharap kepadaku, mengingatkanku agar tidak sombong,
menyengat hatiku agar tak bergejolak melihat kesengsaraan dan kebahagiaan orang
lain. Karena, ya seperti kuketik di atas: “He’s
Me and I’m You.”
Tapi paragraf di atas hanya
harapanku yang seharusnya diawali dengan kata “semoga dan semoga.” Bagaimanapun dialog antara karakter Benjamin Kapanay dan Danny Archer dalam film Blood Diamond berikut mungkin bisa menggambarkan
apa yang kupikirkan tentang Orang pada umumnya.
Benjamin
Kapanay: ...would you say that people are mostly good?
Danny Archer: No. I'd say they're just people.
Benjamin Kapanay:
Exactly. It is what they do that makes them good or bad... None of us knows
whose path will lead us to God.
Orang ya hanya Orang. Tidak wajarlah
jika Orang selalu selamanya berperan bagai malaikat, iblis pun dibutuhkan pula supaya
hidup ini seru. Lagi pula semuanya hanyalah satu. Barangkali ini yang dimaksud manunggaling kawulo gusti, siapa yang tahu?
0 komentar:
Posting Komentar