Monster Chef
Pada suatu
petang
yang nahas tersiarlah
sebuah acara pembantaian mental paling mengenaskan sepanjang sejarah penayangan
tv: Monster Chef! Di acara ini kamu
yang sebetulnya menggoreng telur saja masih sering kecampuran serpihan cangkang (mana cangkang telur cecak lagi!), bolehlah
bermimpi menjadi peserta dalam kompetisi masak-memasak paling akbar senegeri ini. Maka begitulah
kamu yang entah siapa yang cukup sinting waktu mengaudisimu malah menyertakanmu jadi kontestan. Kontestan putaran final pula!
monster (dick head) chef |
Di
panggung final kakimu berderak saat lampu berkilat-kilat menyilaukan nyalimu. Asap
putih tanpa aroma membanjiri lantai. Pintu besar di salah satu sudut arena
terangkat perlahan. Musik khas penggetar kuku melengking menembus kuping. Wajahmu
kian tertekan degup jantung tak karuan. Muncul tiga makhluk dari balik pintu,
sosok siluet yang terlihat amat atos
banget. Mereka adalah para juri alias para pembantai di pentas masak ini.
Makhluk-makhluk itu adalah: pertama, seorang juri wanita yang sebenarnya hanya
seorang tukang cuci sayur di sebuah hotel kelas melati, bernama Marinkatrok.
Karena ia dipaksa jadi juri oleh produser—yang mana ia
sendiri memang
mengimpikannya—ia menambahkan “gelar”
Chef di depan namanya. Marinkatrok
adalah seorang yang tak pernah memakan makanan
enak sepanjang nafasnya. Baginya semua makanan terasa bagai
lantai kotor. Karena itu ia adalah musuh nomor satu bagimu dan bagi peserta
lain. Yang membuat para kontestan mengampuni polah tingkahnya selama ini adalah
karena Marinkatrok ini tak lain cukup lumayan imut-imut untuk usianya yang nyaris kepala empat. Pendek badannya hanya
seketekmu tapi kamu harus akui bahwa kamu ingin sekali menyandingkan diri di
sisi dia.
Juri lainnya
adalah seorang koki mi instan di warung burjo pinggir Jalan Kaliurang, bernama Chef Jina. Sebenarnya ia dulu sempat menjadi preman di
rumah sakit jiwa dekat rumahmu. Karena itu tak heran jika tangannya dipenuhi
tato. Tato yang tulisannya “Tato”. Setelah insyaf, ia memaksakan diri menjadi tukang masak
mi instan di sebuah warung burjo. Jika sampai tidak diterima maka dia mengancam
akan membuka tiga kancing teratas bajunya. Si pemilik yang tak ingin istrinya
kesambet oleh kecemerlangan Jina akhirnya mengizinkan dia bekerja di warung
burjo miliknya. Berkat rambut
landaknya yang super keren, paha berotot, dan
tato bertulis “tato” itu, ia (tidak jelas bagaimana kok) dianggap
laki’ paling macho nan seksi sejagad oleh
para wanita (dan mungkin oleh para pria juga). Apalagi cara dia sedakep yang terkesan super cool itu. Ooh,
wanita mana yang tak akan terpana asmara.
Yang
terakhir seorang chef setengah uzur dan lemahlunglai yang tidak teramat penting sebetulnya.
Karena tidak penting tidak usahlah kiranya ia perlu dibahas di sini. Hanya memubazirkan ketikan dan pikiran saja. Untuk itu kita sebut saja dia
“chef gak penting,” atau karanglah namanya sesukamu.
Marinkatrok
berdiri paling depan di antara tiga juri, harus begitu sebab jika ia berdiri
paling belakang dijamin ia tak akan terlihat. Ia menatap tajam ke semua peserta
yang total ada
lima orang, terutama
kepadamu.
Kamu yang tidak pernah dipecicili cewek sebelumnya merasa ge-er luar binasa. Belum apa-apa kamu sudah berfantasi yang
iya-iya.
Marinkatrok
lalu memberi sambutan pembuka, “Dengar semua, target kita adalah Tama Riyadi...,
eh sori salah baca skrip. Ehm..., target kalian adalah memasak makanan teraneh dan
ternyentrik selama 1 jam, dihiasi penataan yang butuh menghabiskan waktu hingga
setengah jam. Jika kalian gagal...,” Mata Marinkatrok begitu dingin, “...berarti kalian gagal mendapatkan saya!”
...egh...sebenarnya
bukan itu kata penutup dari Chef Marinkatrok, tapi kamu mendengarnya seperti
itu, karena memang dialah yang kamu harapkan jadi hadiah acara Monster Chef ini.
Chef
Jina melangkah tegap. Dadanya yang bidang melesak keluar dari layar televisi.
Dia menuju ke sebuah meja kecil di tengah arena. Di atasnya tersaji nampan bertutup.
Seluruh penonton cewek di studio sontak serentak berteriak histeris dan bola
mata mereka terjulur dari kelopaknya berganti
menjadi gambar jantung hati yang berbinar-binar.
Dengan
suara laki’nya Chef Jina merapal mantera yang selalu berulang tiap episode: “bahan
makanan yang akan kalian masak hari ini adalah..!” tangannya mencengkram tutup
nampan di hadapannya. Pegangan nampan itu langsung penyok dalam sekejap. Musik
bertalu-talu, kamera berputar-putar macam sinetron mau bersambung menyorot
wajah kontestan, juga wajahmu yang masih meneteskan liur gara-gara menyawang Chef
Marinkatrok.
Chef
Jina mengangkat tutup nampan. Seisi studio terenyak...
Tidak
ada apa-apa di baliknya! Rupanya salah satu kru Seksi Urusan Set lupa belanja ke pasar hari itu. Maka seketika itu
juga kru set itu ditebas gajinya. Dan harus menjalani hukuman mengepel piring kotor
dengan lidahnya selama seminggu.
Acara
pun harus break demi menunggu pihak Monster Chef selesai belanja di Indomacet dan Alfakemaruk. Selama itu kamu menghabisi waktu dengan mendalami
peran sebagai suaminya Marinkatrok, setidaknya dalam kepalamu saja. Dan
untungnya Marinkatrok tidak pergi kemana-mana selain duduk di depanmu dengan
mengangkang di atas bangku jenjang memajang apapun yang tampak di selangkangan.
Wuii, kalimat barusan rimanya -ang -ang!
Ups, sepertinya ada yang tegang. Dan bukan kebetulan pula Marinkatrok sedikit
membuka mulutnya. Bibirnya yang tebal nampak kian sensual seiring lidahnya yang
menjalar-jalar. Kamu pun merasakan ada sesuatu yang melar.
Begitulah,
dua setengah jam telah berlalu. Produser acara yang sedari tadi mandi keringat
kerepotan mengarahkan telunjuknya agar para kru segera menempati posnya masing-masing.
Syuting akan dimulai kembali sesaat lagi. Para kru tersruntul-sruntul riuh saling
bertumbukan membawa bahan makanan ke dalam panggung studio. Bahan makanan rahasia
itu lalu disembunyikan di bawah nampan yang sudah diganti gara-gara tutup nampan
yang tadi sudah rusak kena cengkeraman maskulinitas Chef Jina.
Kali
ini giliran Chef Gak Penting yang
diberi kesempatan untuk membuka tutup nampan. Bukan gimana-gimana, soalnya Chef
Jina sedang entah di mana. Mungkin sedang di toilet dengan sekaleng pomade
untuk...menata rambutnya biar tetap licin.
what's underneath? |
Sebetulnya
Chef Gak Penting ingin sekali nampang.
Maklumlah selama ini dia jarang disorot kamera. Dia ingin istrinya (iya, sulit
dipercaya ada yang mau jadi istrinya) menonton suaminya di tivi. Sehingga dia sengaja
berlama-lama mengangkat tutup nampan. Tanpa efek slow motion pun Chef Gak
Penting sudah melakukannya dalam gerakan slowest motion. Sayang, produser harus nurut prosedur. Jadi yang
disorot hanya tangan si Chef Gak Penting
bukan mukanya. Ah, kejam dunia ini!
Nampan
pun terangkat! Dan bahan rahasia yang tidak lagi rahasia itu adalah....
Kamu
pun terbangun. Suara seorang wanita meledak membuatmu melek. Itu suara
istrimu,...oh bukan. Sejak kapan kamu menikah? Pacar aja gak punya kok. Itu
suara simbokmu! Kamu kan belum
beristri dan masih tinggal bersama simbok.
Sayur gori yang kamu godog gosong dan menyiarkan aroma kepahitan ke seluruh
rumah.
...
Sori,
ceritanya mengecewakan ya? Tapi memang begitulah hidup, gemar mengecewakan Biasakanlah
mulai sekarang!
Jino Jiwan
Btw, aku membuat versi komik dari cerita aneh ini lengkap dengan twist ending. Kapan-kapan kuungah di blog Japirensil.
0 komentar:
Posting Komentar